Rabu, 10 Agustus 2011

Resensi Novel Fantasi: Stephenie Meyer - The Short Second Life of Bree Tanner

Ketika nasib telah ditentukan…



Judul: The Short Second Life of Bree Tanner (Kisah Singkat Bree Tanner)
Penulis: Stephenie Meyer
Penerjemah: Monica Dwi Chresnayani
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Edisi: Hardcover
Tebal: 200 hlm
Harga: Rp65.000 (disc. 50%)
Rilis:September 2010
ISBN: 9789792261370

Bree Tanner masih terus berusaha mengingat kenangan sebelum ia akhirnya menjadi seperti sekarang, seorang vampir pengisap darah yang memiliki jadwal rutin pada malam-malam tertentu untuk berburu. Awalnya hanyalah kekosongan yang memenuhi ‘hidup’ barunya, namun semenjak bersahabat lalu makin dekat dengan Diego, dan Fred yang selalu menjadi tempatnya bersembunyi, Bree mulai menyadari ada hal lain yang perlu dikhawatirkannya ketika secara tak terencana ia dan Diego mendengar rencana busuk ketua kawanan vampir, Riley, dan perempuan yang mengubahnya menjadi vampir di sarang cinta mereka. Sampai akhirnya ia terlibat dalam sebuah pertempuran yang mempertemukannya dengan keluarga The Cullens.

Novella ini merupakan sempalan (spin-off) dari buku ketiga tetralogi fenomenal Twilight Saga, karya Stephenie Meyer. Sebagaimana disebutkannya dalam kata pengantar buku ini, Stephenie menjelaskan bahwa ia sedemikian terpikat pada sosok Bree Tanner yang sebenarnya hanya memiliki secuil peran dalam bentangan kisah Eclipse. Biasanya, dia dengan gampang mengabaikan tokoh-tokoh sekali lewat yang ia ciptakan, namun tidak pada sosok Bree Tanner, sehingga kemudian lahirlah novella ini.

Menelusuri jejak Bree cukup menghibur di tengah ketidakpastian niat Stephenie apakah ia masih akan merealisasikan rencananya untuk menuliskan kisah Twilight Saga dari sisi Edward Cullen sebagaimana pernah ia ungkapkan dulu. Bentuk buku ini yang novella juga kurasa cukup untuk sekadar ikut merasai bagaimana pergolakan batin si gadis 15 tahun yang terpaksa ikut terjun dalam pertempuran yang sama sekali tak ia pahami tujuannya itu. Selintas kisah romantis yang digulirkan penulis juga cukup memberikan warna tersendiri bagi kehidupan vampir baru yang dipenuhi nafsu memburu dan meminum darah sebanyak-banyaknya. Tak pelak, aku cukup terhibur menikmati halaman per halaman buku ini demi menunggu saat Bree akhirnya bertemu dengan kawanan The Cullens sehingga aku bisa mendapati titik persinggungan antara kisah hidup baru Bree dengan kisah panjang Bella Swan dan keluarga The Cullens.

Jujur, aku lupa pada sosok Bree Tanner dalam novel Eclipse. Yang terlintas dalam benak ketika melihat buku ini di-launching adalah sosok Riley, vampir cowok yang diperalat oleh Victoria. Tapi, ketika googling sana-sini barulah ngeh kalau Bree itu adalah si gadis kecil yang tersisa ketika pertempuran maha dahsyat antara The Cullens plus kawanan Shifters versus Victoria dan Riley berakhir dan keluarga Volturi datang ke TKP.



Meskipun tidak seratus persen, tapi aku menyukai buku ini. Aku menyukai bagaimana satu buah peristiwa dipandang dari sudut lain, oleh orang lain, dengan perasaan yang lain. Bree bukan tokoh antagonis murni, tapi kebetulan ia mendapat peran dalam kubu “si jahat” di novel Eclipse, dan aku adalah salah seorang pembaca yang mendamba bisa membaca suatu kisah yang ditulis dari PoV tokoh antagonis. Aku ingin ikut menyelami kehidupannya. Merasai segalanya sehingga terkuak alasan mengapa si tokoh itu memiliki takdir sebagai tokoh antagonis. Apakah si jahat itu sudah jahat sejak lahir ataukah ada suatu keadaan yang mengubahnya dari “si baik”menjadi si jahat. Rasanya menyenangkan bisa berenang-renang dalam kisah psikologis semacam itu.

Soal gaya menulis Stephenie atau gaya terjemahan Monica, no complain. Aku menikmatinya, itu yang utama. Plotnya sederhana, memang, karena novella ini hanyalah jembatan kecil yang dibangun Stephenie untuk membantu memahami pikiran seorang vampir baru yang masih haus darah, liar, dan tak terkendali. Letupan romansa yang ada antara Bree dan Diego juga secara mengejutkan terasa manis sekali. Nyaman rasanya melumat buku ini serupa menggigit sebutir stroberi segar yang baru dipetik. Yummy

6 komentar:

Mery Riansyah mengatakan...

ijul nemu 50% di mana? mauuu :P

aku suka sama yang jadi si Bree ini di film. cantik :D

Dwi Ananta mengatakan...

Sudah lama ingin membeli buku ini, tapi sayangnya ia selalu tersingkir ke urutan kesekian dalam daftar buku-buku wajib beli ku ._.

ijul (yuliyono) mengatakan...

@Mery Momo...aku nemu di Trimedia Mal Ambasador, Non...kmaren masih ada beberapa, aku comot satu deh, tapi nggak tahu masih ada sisa apa nggak sekarang...

@dweedy....mumpung diskon dibeli yukkkk, hehehehe...

Anonim mengatakan...

waa sepertinya bagus tapi sejak saya ikut pindah suami ke pinang susah cari buku bagus hehe (ngarep jd pemenang di giveaway buku mas ijul hihihi)

Anonim mengatakan...

beugh. kakak dapet yg diskon? asiknyaaa. jadi iri. tapi apa daya, dari first published, pas liat langsung saya comot, ga mikir bakal ada diskon 50% ntar. :(( at least punya saya cetakan pertama~ **investasi**positive aja*

ijul (yuliyono) mengatakan...

@Lely....good luck

@Jessica....hehehe, iya, selalu ada rasa pada setiap kesempatan kan...dan aku ngerasain dapet diskon gede, hehehe...:) yapp, itu investasi masa depan...

Posting Komentar