Rabu, 05 September 2012

Siap update lagiiii....

Wahhhh, lama juga ya, nggak updateblog yang di sini. Mohon maklum, dulu sebenarnya blog ini pengennya dipakai buat nuli-nulis reviu buku yang dibaca di luar genre metropop yang sudah dibikinkan rumah khusus. Plus, untuk mendata buku yang dipunyai. Eh, ternyata malah jarang di-update. #getok.diri.sendiri.

Baiklahhhh....ini akan segera di-update lagi. Sudah ada beberapa materi update-an untuk blog ini. Bagi yang terkadang masih nyasar kemari, maaf ya, kondisi masih hiatus.
----di sini kelanjutannya----

Minggu, 08 Januari 2012

[Resensi Novel Fantasy] The Hunger Games by Suzanne Collins

Sadis!
Read in January, 2012, read count: 1

Rating: 3,5 out of 5 star



Judul: The Hunger Games (Buku #1)
Pengarang: Suzanne Collins

Penerjemah: Hetih Rusli

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Genre: Fantasy
Tebal: 408 hlm

Harga: Rp58.000

Rilis: Oktober 2009 (cet. 1)

ISBN: 978-979-22-5075-6


Summary

Katniss Everdeen sudah menjadi tulang punggung keluarga sejak ayahnya tewas kecelakaan di tambang batu bara distriknya dan sang ibu yang terus menerus bergelung dalam kesedihan sehingga ia kehilangan kepercayaan padanya. Bersama sahabat karibnya, Gale, ia berburu ke hutan yang merupakan zona terlarang demi menghidupi keluarganya, ibu dan Prim, adik yang sangat disayanginya. Tiap tahun negara Panem menyelenggarakan sebuah acara reality show bertajuk Hunger Games dengan masing-masing dua peserta dari 12 distrik yang ada. Hunger Games adalah permainan maut. Peserta ditempatkan pada suatu lokasi dan dibiarkan saling bertarung hingga tersisa peserta akhir yang menjadi pemenang. Secara tak terduga, tahun ini nama Prim terpilih untuk mewakili distrik 12. Tentu saja, Katniss tak rela adiknya yang rapuh terlibat permainan mematikan itu, maka dengan sebongkah keberanian terakhir yang dimilikinya ia mengajukan diri untuk menggantikan Prim. Sejak saat itu, kehidupannya berubah total. Bersama dengan Peeta, peserta laki-laki dari distrik 12, Katniss merelakan dirinya berjibaku dalam Hunger Games yang dari waktu ke waktu direkam kamera dan disiarkan ke seantero negara. Brehasilkah upaya Katniss mengalahkan 22 peserta dari distrik lainnya? Apakah pada akhirnya dia juga harus berhadapan dengan Peeta? Apakah ia sanggup menembakkan anak panahnya tepat ke jantung Peeta, yang baru diingatnya pernah menyelamatkannya itu di masa-masa sulitnya dulu dan getaran aneh di hatinya setiap berdekatan dengannya? Apakah ciuman yang mereka lakukan hanya sekadar akting? Ikutilah pergolakan lahir-batin Katniss melalui petualangan hidup dan mati dalam buku kesatu dari serial Hunger Games karya Suzanne Collins ini.


Fiuhhh, akhirnya berhasil juga merampungkan-baca novel ini. Tak diragukan lagi, di antara teman-teman Goodreads Indonesia dan Blogger Buku Indonesia (khususnya pencinta kisah fantasy), buku ini adalah salah satu buku fantasy favorit. Dan dengan segala hype-nya menjelang rilis versi filmnya di bulan Maret mendatang, buku ini kembali mengemuka. Meskipun, di saat saya mencomot buku ini, saya memperolehnya dengan diskon 70%. OMG! Shocking, right? Buku yang masih begitu popular malah sudah masuk kotak obralan. Lucky me, donk! Hahahaha.

Sampul
Hmm. Kita mulai dari sampulnya ya. Aku bukan seseorang yang pandai menilai sesuatu yang kreatif menyangkut gambar, walaupun di masa kanak-kanak dulu aku begitu tergila-gila dengan kegiatan menggambar. God, but... I do love the cover of this book. Definitely stunning. Cukup dengan logo pin mockingjay yang juga menjadi ikon di sepanjang cerita dan diemboss di sampul depannya. Bagus. Latar warna hitam yang memenuhi sampulnya juga menonjolkan pin tersebut, ditambah aksen abstrak di sekitarnya (yang tak kuketahui apa maknanya, hahaha). Bagiku yang agak kurang menarik adalah font yang digunakan untuk menuliskan judul dan nama pengarangnya. Entahlah, too simple. Memang futuristik dan berkarakter kuat, disesuaikan dengan intensitas ketegangan yang ada di sepanjang cerita, tapi... tetap, bagiku kurang begitu “nyeni” hahaha. Dan, thankyou karena keterangan award dari buku ini tidak dipampang besar-besar. Kecil, namun tetap dapat terbaca dengan jelas.

Sedangkan, untuk sampul belakangnya. Tagline-nya cukup mengena, “Dua puluh empat peserta. Hanya satu pemenang yang selamat.” Wew, sudah jelas, di benak langsung terlintas semacam action games berdarah-darah yang menegangkan. Jempol. Yang agak menyulitkan adalah jenis warna yang digunakan untuk menuliskan sinopsisnya. Bagiku pribadi, itu kurang cerah dan tenggelam dalam warna latar hitamnya. Jadi, buku ini hanya dijual dengan penerangan cukup, biar sinopsis bisa terbaca. Jangan coba-coba menjual/membelinya di black market karena akan sulit membaca kata-katanya. Hahaha. Overall, setengah bintang untuk sampulnya. Btw, pin mockingjay-nya pengen punya, euy! Di IndoHungerGames ada jual nggak, ya?

Karakter
Siapa yang sudah membaca dan menemukan ada kegoyahan pada tiap karakter di buku ini? Kalau aku sih, cukup puas dengan hampir semua karakternya. Terkadang ketika membaca novel, ada saja karakter yang tertukar-tukar dalam perspektifku. Tapi, aku tidak mengalaminya di sini. Aku bisa membedakan masing-masing karakaternya. Katniss, Peeta, Gale, Haymitch, Effie, Prim, Cinna, bahkan Madge. Meskipun beberapa karakter figuran juga sulit dirasa karena memang tidak ditampilkan secara gamblang. Gelagat gelisah Katniss, sikap acuh tak acuh Peeta, dan ketulusan Rue adalah yang paling membekas di ingatanku. Meskipun Gale juga menggoreskan kenangan tak terlupakan karena dia lah yang membuat Katniss terlihat sedemikian tangguh. Semoga di buku kedua, Gale lebih banyak porsinya. Dari sini, maka satu bintang kusematkan pada departemen karakter.

Cerita
Jangan anggap serius kisah novel ini. Namanya juga buku fantasy, kalau jadinya seliar ini ya, nggak papa, kan? Bahkan ketika ditanya teman tentang buku ini dan kuberitahukan garis besar isi buku, si teman mengingatkan, “Jangan sering-sering baca buku begituan, ya?” ups, aku jadi agak kesentil juga. Namun, sejak mula, aku memang sudah menetapkan, selain kitab suci dan buku keagamaan, buku-buku umum yang kubaca adalah sebatas hiburan dan media penggalian informasi. Maka, segala hal apapun, seliar apa pun, aku tetap bisa menyaringnya dan bilang, “Oh, ini cuman cerita, kok!”

Benar kata teman-teman yang sudah baca. Buku ini memang sadis. Entah terpengaruh budaya permisif yang mulai makin tak terkendali ataukah para penikmat seni sudah jenuh dengan yang biasa-biasa saja. Kesadisan dan nudisme tidak hanya menggejala di buku cerita. Coba tengok saja film-film serial yang bisa tayang di televisi untuk konsumsi umum, adegan telanjang atau bacok-bacokan sudah biasa. Darah muncrat dengan organ tubuh robek bukan lagi adegan yang perlu disamarkan. Semua serba diperlihatkan. Saya masih geleng-geleng kepala kalau melihat ulang serial True Blood. Fiuuhhh, kipas-kipas, deh! Jadi, kesadisan di buku ini pun tak lagi perlu dipermasalahkan, cukup dipahami bahwa ini memang untuk kepentingan jalan cerita.

Terkadang aku masih merasakan keengganan pengarang untuk menonjolkan tokoh utama. Beberapa tokoh sekutu yang terlibat secara emosional dengan tokoh utama dibuat sengsara tidak melalui keterlibatan tokoh utama secara langsung. Pertarungan juga terkesan minim, meskipun aku tak terganggu, karena petualangan Katniss untuk bertahan hidup di sepanjang cerita sudah begitu mengenaskan. Aku juga bersyukur beberapa peserta dibuat tewas dengan tanpa melibatkan tokoh utama. Meskipun inti cerita mirip film-film kompetisi tarung seperti di film-film murah Van Damme yang dulu sempat booming, satu bintang tetap kuberikan untuk ide ceritanya.

Setting dan kelengkapan cerita
Sepanjang membaca aku mencoba larut dalam logika sejauh yang bisa kutangkap. Aku masih kesulitan bagaimana (dalam keterbatasan pengetahuan soal produksi film) tim penyelenggara Hunger Games mengatur posisi kamera pada keseluruhan setting sehingga bisa menangkap setiap ekspresi. Apakah lokasi pertarungan di ibukota negara Panem, Capitol, ini serupa kota dalam kaca yang ada remote control-nya? Aku mencoba membayangkan setting fantastis yang pasti rumit. Hmm, aku tidak akan menyiksa diri sendiri dengan memikirkannya, kita tunggu saja, apakah production house yang membuat filmnya (Lionsgate) sanggup menyajikan setting lokasi yang menawan.

Aku masih mencoba memvisualisasi keseluruhan setting cerita. Dan, memang berkesan futuristik bercampur dengan alam liar yang tradisional. Sudut pandang “aku” dari Katniss memang membatasi informasi yang ada (membebaskan pembaca untuk berimajinasi) namun aku jadi tak bisa menganalisis bagaimana menghadirkan alam yang dipenuhi binatang-binatang yang sudah beradaptasi dengan suhu udara yang bisa diatur, sungai yang bisa diatur, bahkan ketersediaan air yang bisa diatur. Hmm, bagaimana tetumbuhan dan hewan digambarkan sangat bagus itu di tengah setting lokasi yang seolah-olah buatan? Sekali lagi, aku bersabar menunggu setting yang dibuat tim produksi filmnya. Setengah bintang untuk setting cerita ini.

Teknis cetakan
Hmm, berikut laporan temuan typo yang sayangnya lebih dari batas toleransiku (5 buah):

(hlm. 44) ketakukan = ketakutan
(hlm. 119, 304) menujukkan = menunjukkan
(hlm. 151) berterak = berteriak
(hlm. 152-153) terdapat dialog yang kurang tanda baca petik dua (“)
(hlm. 173) sekadang = sekarang
(hlm. 176) berasa = berasal
(hlm. 246) mengelilingmu = mengelilingimu
(hlm. 263) ...yang mereka memiliki untuk.. = miliki
(hlm. 264) Aku melihat anak lelaki dari Distrik 1, Rue. Aku tidak tahu kalimat asli (dalam bahasa inggrisnya) tapi lebih baik diberikan kata sambung dan daripada diberikan tanda baca koma di antara Distrik 1 dan Rue.
(hlm. 287) kelebihan tanda baca petik dua (“) padahal belum dimulai dialog
(hlm. 293) keadaanya = keadaannya
(hlm. 397) Haymich = Haymitch

Dan beberapa lagi yang lain yang terlupa kuberikan penanda. Tapi cukuplah segitu untuk membuatku agak kecewa. Tegang memang, tapi terkadang jadi buyar karena terselip typo-typo tersebut. Dan, aku juga masih agak kecewa dengan penulisan wali kota yang tidak konsisten, kadang menggunakan kapital kadang enggak, dan tidak jelas maksudnya apa, karena tidak merujuk kata sapaan juga ketika dicetak kapital. Serta, kata kuatir. Mengapa tidak pakai khawatir, sih?

Untuk jenis font dan ukurannya pas di mataku. Nggak bikin capek. Mungkin layout akan tambah cantik jika disertai peta lokasi seperti pada beberapa buku-buku fantasy lain. Pengen bisa mengetahui batas-batas wilayah masing-masing distrik dan posisi Capitol ada di bagian mananya dari distrik yang berbeda-beda fungsinya itu.
Setengah bintang untuk teknis cetakannya.

Baiklah jika ditotal maka tiga setengah (3,5) bintang untuk buku ini. Makin penasaran untuk melanjutkan ke buku keduanya.

Selamat membaca, kawan!
----di sini kelanjutannya----

Rabu, 04 Januari 2012

[Sedang Dibaca] The Hunger Games (Buku Satu)

Hmm, mungkin aku bakalan dibilang ketinggalan banget sih, haree geenee baru baca Hunger Games, kemane aje? Kagak kemane-mane si! Tapi ya memang baru sekarang kepikiran untuk bersenang-senang membaca novel fantasy yang sudah sangat populer di kalangan teman goodreaders atau pun blogger buku Indonesia. Apalagi Maret tahun ini, filmnya bakal dirilis, wuihhh... pasti makin nikmat deh. Baca lalu nonton visualisasi ceritanya. Kesempatan buat ngebandingin keduanya. Bagusan buku apa filmnya, hehehe... my bad.


Eh, baru nyadar, ternyata yang nerjemahin Mbak Hetih Rusli ya...oke, baiklah, ini editor favorit yang nelurin serial Metropop dan Amore di Gramedia. Yukk...ah dibaca aja. Kebetulan kayaknya Mute juga lagi baca novel ini. Mari baca bareng. Sambil ngecengin trailernya di bawah ini juga oke. Plus dengerin single pertama lagu bertajuk Safe and Sound yang dinyanyiin Taylor Swift sebagai official single buat film ini.





----di sini kelanjutannya----

Selasa, 03 Januari 2012

[Updated - My Giveaway] Selamat buat yang terpilih.....

Oke, temans, setelah didata dan diundi, ini dia enam belas orang yang akan kukirimi buku-buku yang sudah kupamerin dari beberapa bulan silam. Yang dari hanya 5 buku, lalu kutambah jadi 16 buku. Selamattttttttttt......:)


Seperti yang kubilang beberapa waktu lalu, yang terpilih ini boleh loh saling bertukar buku, sekiranya buku tersebut ternyata sudah kalian miliki. Tapi, untuk urusan swap langsung, mohon nggak dilakukan di sini yaaa....misalnya mau di-swap silakan lakukan di blog kalian masing-masing atau di akun goodreads/facebook/twitter. Swap yang diperbolehkan di sini adalah swap di antara sesama yang terpilih akan kukirimi buku. Jadi, aku ngirim bukunya langsung ke yang sudah saling bertukaran begitu. Tujuannya apa? Bagiku sih, biar yang sudah punya bukunya [dan sudah baca] nggak mubazir gitu yaa...dan biar yang belum punya [serta belum baca] dapat ikut membacanya.

Baiklah ini dia daftar lengkap temans perpusnya.ijul yang terpilih:


1. Ainun Jaryah Bahrir [The Road by Cormac McCarthy] --> sudah dikirim dg TIKI, resi: 02 012 764 2240
2. Helnizet [Jurnal Jo: Online by Ken Terate]
3. Ica [Perang Bintang by Dewie Sekar]
4. Novia Anindhita [Kedai 1001 Mimpi by Valiant “Vabyo” Budi]
5. Dyah Ayu Septiarini [The Short Second Life of Bree Tanner by Stephenie Meyer]
6. Fikri Fillan [Iron King by Julie Kagawa] --> sudah dikirim dg TIKI, resi: 02 012 764 2241
7. Alin ~ [The Forest of Hands and Teeth by Carrie Ryan]
8. Winda Scorfi Hudah [Perang Bintang by Dewie Sekar]
9. Truly Rudiono [Metamorforlove by Nora Umres] --> sudah dikirim dg TIKI, resi: 02 012 764 2238
10. Rimasukangin [April Cafe by Syafrina Siregar]
11. Ria Nugroho [Tarothalia by Tria Barmawi]
12. Akhla Sabila [Coming Home by Sefryana Khairil]
13. Rai Inamas Leoni [Kotak Mimpi by Primadona Angela] --> sudah dikirim dg TIKI, resi: 02 012 764 2239
14. Speakercoret [Dark of the Moon by Rachel Hawthorne]
15. Indah [Jurnal Jo: Online by Ken Terate]
16. Dani Noviandi [Dengan Hati by Syafrina Siregar]

Aku tunggu konfirmasi alamat kirimnya ya. Tolong email ke perpus.ijul@gmail.com secepatnya biar buku juga segera aku kirimkan.

Sekali lagi, selamat buat yang terpilih. Dan, yang belum, jangan berkecil hati. Ini baru my first giveaway kok, pastinya masih bakalan ada lagi di waktu-waktu berikutnya. Mungkin juga melalui kuis-kuis gitu.

Btw, untuk semuanya, tetap membaca!
----di sini kelanjutannya----

Jumat, 23 Desember 2011

[Update] My First Giveaway

Hmmm, tiba-tiba kepengen share buku-buku yang siap kukirimkan kepada teman-teman yang sudah ikutan program giveaway pertama di blog ini. Nah ini dia update buku-bukunya:



Dan, aku juga bikin video singkat tentang buku-bukunya. So, total buku yang akan kubagikan adalah 15 eksemplar. Detailnya pas tahun baru yaaaaa.....



Haha, ini dia video amatir yang kuunggah ke youtube:


----di sini kelanjutannya----

Senin, 19 Desember 2011

Resensi Novel: Satin Merah by Brahmanto Anindito & Rie Yanti

Lah, ending-nya kok kayak adegan Misteri Ilahi, yakkk?
Read from November 24 to December 18, 2011
3 out of 5 star



Judul: Satin Merah
Penulis: Brahmanto Anindito & Rie Yanti
Penyunting: Widyawati Oktavia
Proofreder: Christian Simamora & Gita Romadhona
Pewajah Sampul: Dwi Annisa Anindhika
Penata Letak: Dian Novitasari
Penerbit: Gagas Media
Tebal: xiv + 314 hlm
Harga: Rp37.000
Rilis: 2010 (cet. 1)
ISBN: 978-979-780-443-5

Nindhita Irani Nadyasari, atau yang lebih akrab dipanggil Nadya, selayaknya remaja mana pun yang ingin eksistensinya diakui oleh orang-orang di sekitarnya, karena menurutnya selama ini orang-orang selalu meremehkannya, termasuk orangtuanya yang dirasanya lebih menyayangi adiknya. Melalui usaha gigihnya, siswi SMA Priangan 2 Bandung ini berhasil masuk dalam jajaran finalis Siswa Teladan se-Bandung Raya. Untuk terus melaju dalam kompetisi ini, Nadya diharuskan menyusun sebuah makalah yang akan dinilai oleh juri. Maka, keseharian Nadya selanjutnya diisi dengan petualangannya mencari ide, mengumpulkan data, dan merupakannya secara nyata dalam print out yang harus dikirim ke dewan juri. Beruntung, ia dapat terhubung langsung dengan sastrawan-sastrawan besar Sunda sebagai rujukan sumber informasinya. Namun, tentu saja, liku-liku perjuangan Nadya menyusun makalahnya itu tak selalu berjalan mulus. Bahkan selanjutnya, satu demi satu narasumber yang diwawancarainya terbunuh secara misterius. Ada apa dengan para narasumber itu? Apa hubungannya dengan teori Satin Merah yang dikembangkan oleh salah seorang sastrawan besar Sunda? Lalu, apakah akhirnya Nadya berhasil menggenggam titel Siswa Teladan se-Bandung? Temukan jawabannya di dalam novel duet Brahmanto Anindito dan Rie Yanti ini.

Wow. Wow. Speechless. Aku jelas tak sering membaca novel dengan tema unik seperti ini. Bagus. Menurutku agak menjurus psychological thriller gitu. Sebaiknya sih dibaca sekali habis, biar intensitasnya terjaga. Bagiku yang gampang ter-distract membaca dengan teknik taruh-ambil-taruh-ambil agak mengurangi ketegangannya. Ditambah lagi aku yang sudah mulai pelupa, sehingga suatu detail gampang sekali missing dan harus mengais-ngais lagi ketika meneruskan baca dan menemukan adegan yang terkoneksi dengan detail yang terlupa itu.

Jujur saja, membaca kata pengantar dari novel ini saja, aku langsung suka. Terasa benar perbedaan nuansa yang akan kudapat ketika membacanya. Dan, benar saja. meski pada awalnya sosok Nadya tak ubahnya seperti gadis SMA kebanyakan, namun nyatanya duo penulis novel ini membebaninya dengan tugas menjadi unpredictable person sepanjang cerita. Sangat terasa bagaimana unsur psikologi menjadi pengait bagi setiap adegannya. Sebagai pembaca, aku dibuat terombang-ombing dengan sikap Nadya yang labil. Terkadang manis, terkadang sinis, dan terkadang bengis. Wow.

Meskipun demikian, jangan berharap duo penulis ini menghadirkan seorang tokoh detektif yang mencoba mengurai fakta. Aku justru disuguhi emosi nyata dari pelaku. Penulis menghanyutkanku dalam dilema besar seorang Nadya yang ambisius. Aku pun dari mula sudah diperkenalkan siapa pelaku, siapa korban, dan bagaimana pelaku menghabisi korbannya. Jadi, sisi misterius itu memang tidak dibungkus sejak awal. Apa sebab? Aku nggak tahu.

Ada topik besar yang coba dihadirkan oleh duo penulis ini, sepertinya. Me? I don’t know. Hahaha. Typically, Nadya is a rich girl. Dia butuh diperhatikan. Dia menuntut keadilan. Perlakuan seimbang dari orangtuanya. Respek dari teman-teman sekolahnya. Kebanggaan dari para gurunya. Dia sudah mendapatkannya, namun dia membutuhkan lebih banyak lagi. Dia tak mau menjadi Nadya yang biasa saja. Sebagaimana tersirat dalam tagline novel ini, “aku cuma ingin jadi signifikan.”

Zaman SMA dulu, aku pernah membuat sebuah cerpen amatiran bertema pembunuhan/pemerkosaan yang dikoreksi oleh guru bahasa Indonesiaku, dan beliau mengingatkanku untuk selalu memberikan alasan rasional bagi setiap konsekuensi yang aku sematkan pada masing-masing tokoh. Dan, sedikit banyak aku dapat melihatnya di novel ini. Mengapa Nadya tumbuh menjadi remaja seperti itu. Apakah sikap Nadya itu termasuk yang impulsif ataukah memang terbentuk dari sejak ia kecil. Flashback di salah satu bagian novel ini menjawab semua pertanyaanku terkait hal itu.

Dari semuanya, yang membuatku tercengang [sayangnya, dalam arti negatif] adalah endingnya. Oh, GOD! Apakah mereka serius mengakhiri serangkaian misteri ini dengan adegan itu. Aseli, sepertinya mulutku langsung ternganga gitu dan... aku tak mau percaya bahwa penulis memilih ending yang.... ah, masak dibikin gitu sih?. Absolutely, ini unsur subjektifku. Mungkin aku harus membaca ulang lagi [nanti] untuk memecahkan misteri yang masih berputar di kepalaku, mengapa penulis memilih ending begitu? Huhuhu.

Overall, novel ini menarik. Terlepas dari mengapa pelaku begitu mudah menghabisi korban-korbannya [telah dibeberin modusnya sih], emosiku dibuat teraduk-aduk karena masih nggak percaya penulis dengan ‘tega’ mengubah tokoh utama yang awalnya lovable itu. Sebagai pembaca cerewet yang gampang nyerah disuruh menggunakan ‘logika’, aku butuh sekali banyak penjelasan atas beberapa adegan yang ada.

Oiya, aku teriak donk ya, mana unsur romantisnya? Kalau boleh berangan-angan, sepertinya akan lebih menarik jika ada sesosok kekasih di sisi tokoh utama. Bisa jadi partner in crime [jadi inget film Radit dan Jani]. Seru aja gitu [dalam bayanganku].

Typo-nya dikit, selamat ya.

Ngomong-ngomong, masih terjadi perdebatan dalam menafsir sampulnya [atau itu halusinasiku aja, ya?]. Beberapa temen bilang itu kain satin [secara judulnya satin, kan? tuhh, di sebelah contoh kain satin], tapi aku menganggapnya tetes darah yang dituang dalam air. Lagipula, Satin yang dimaksud dalam judul tidak berarti harfiah, kan?

Selamat membaca, kawan!
----di sini kelanjutannya----

Selasa, 13 Desember 2011

I do apologive for my giveaway (Yang Terlambat)

Berapa bulan? haduhhh...udah berbulan-bulan, ya?



Kumohonkan maaf yang sebesar-besarnya kepada teman-teman yang sudah dengan antusias mengikuti program ini. Saya sendiri sebal, kesal, dan ingin mencakar diri sendiri kalau ingat belum memilih dan mengumumkan siapa yang akan saya kirimi buku yang saya janjikan. Saya tak akan memberi alasan, karena nanti hanya akan terlihat saya mencari-cari alasan belaka. Dan, saya tidak ingin berjanji muluk-muluk lagi, yang jelas sebelum bunyi terompet tanda terbitnya matahari baru di tahun 2012, saya akan melaksanakan program my first giveaway ini.

Again, I am really sorry for this inconvenience. Secepatnya di blog ini, twitter, facebok, dan akun goodreads, saya akan mengumumkan siapa teman yang memperoleh buku koleksi my giveaway ini.

I do really apologize, temans! Thank you for your patience.
----di sini kelanjutannya----